Kisah Teladan: Inilah Bekal Yang Diberikan Rasulullah Pada Putrinya Yang Baru Menikah
Jika kita bandingkan diri kita dengan kesholehan dua orang ini, maka kita tidak akan bisa menyamainya. Sebagai muslimah, amal shaleh kita tidak sepadan dengan amal shaleh Fatimah. Dan sebagai muslim, amal shaleh kita pun tidak sebanding dengan amal shaleh Ali bin Abi Thalib.
Namun penyelenggaraan pernikahan keduanya sungguh mudah dan tidak dipersulit. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa mahar yang diberikan Ali hanyalah sebuah cincin yang terbuat dari besi. Maka semestinya kita malu dengan perbuatan kita yang sering mempersulit pernikahan. Sebagai muslimah, kita sering meminta mahar yang mahal hingga calon suami kesulitan memenuhinya.
Begitu pun dengan para orang tua mempelai wanita. Mereka membebani calon menantunya dengan syarat ini dan itu untuk bisa menikahi putri mereka. Memang dalam Islam permintaan mahar yang mahal diperbolehkan. Namun hal ini harus disesuaikan pula dengan kemampuan ekonomi pihak mempelai pria.
Banyak kasus dimana pernikahan tak jadi dilangsungkan karena pihak calon mempelai pria tidak sanggup memenuhi syarat mahar yang diajukan. Banyak pula kasus dimana pernikahan mewah berlangsung dari dana pinjaman yang besar. Hingga setelah menikah, kedua mempelai dihadapkan dengan hutang yang menggunung. Atau ada juga kasus dimana calon mempelai pria berani melakukan kejahatan seperti melakukan pencurian kendaraan bermotor dan lain sebagainya demi untuk memberikan mahar mahal.
Maka teladanilah pernikahan agung antara kedua insan sholeh ini yang didalamnya ada teladan memurahkan agar pernikahan terlaksana dengan mudah. Setelah keduanya menikah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai ayahanda dari Fatimah memberikan bekal pada putrinya itu. Beliau membekali putrinya dengan selembar tikar, sebuah gentong air dan sebuah bantal yang sisi-sisinya mempunyai renda dari kain beludru. Hal ini sebagaimana keterangan yang diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i dari jalur Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu.
Itulah bekal harta yang diberikan manusia utama pilihan Allah bagi putri kesayangannya. Sungguh dekat dengan kata sederhana dan sungguh jauh dari kata mewah. Fatimah pun menerimanya tanpa keluhan. Berbekal harta yang begitu sederhana, pernikahan itu langgeng hingga melahirkan generasi shaleh sebagai penerus pejuang agama Islam.
Sedangkan pernikahan muslim dan muslimah zaman sekarang terselenggara dengan begitu mewah dengan mahar yang mahal-mahal. Kedua orang tua mempelai pun seringkali memberikan bekal berupa rumah lengkap dengan segala isinya yang serba canggih. Namun sungguh disayangkan, pernikahan mereka berakhir hanya dalam hitungan minggu.
Maka sebenarnya bukan harta benda yang mahal dan melimpah yang harus diberikan sebagai bekal terbaik untuk pasangan yang baru menikah. Bekal terbaik adalah keimanan kepada Allah hingga keduanya sadar bahwa pernikahan itu harus dipertahankan dalam rangka mencari ridho Allah. Keimanan ini harus dipupuk jauh sebelumnya ketika anak-anak kita masih berusia berada di bawah tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Hingga tiba waktunya nanti putri kita beralih tangan menjadi ada di bawah tanggung jawab suaminya, ia telah siap menjadi istri sholehah. Pun begitu pula dengan putra kita, ia telah siap menjadi suami yang bertanggung jawab. Jadi walaupun mereka dibekali dengan barang-barang yang begitu sederhana, hal itu tidak menjadi hambatan bagi kelanggengan mewujudkan rumah tangga Sakinah, Mawaddah Dan Warohmah.