Lima Perkara Inilah Yang Membedakan Para Sahabat Rasul Dengan Kita │ Perjuangan dalam menegakkan agama Islam telah melahirkan generasi yang terbaik. Sebuah generasi yang menjadi contoh bagi generasi selanjutnya hingga akhir zaman. Mereka adalah generasi para sahabat yang selalu menjadi pembela sekaligus penolong demi tegaknya Islam di muka bumi.
Karena kesetiaannya, tak jarang Allah memuji kehidupan mereka. Bahkan sebagian dari nama mereka terekam abadi dalam Al Quran. Bisa dikatakan mereka adalah manusia yang terbaik yang hidup di muka bumi.
Merekalah yang pertama kali belajar secara bertatap muka dengan Baginda Rasulullah. Mereka juga yang pertama kali melihat mukjizat dan turunnya wahyu kepada Nabi. Itulah yang membuat mereka begitu beriman kepada Allah dan RasulNya.
Seorang sahabat Nabi bagaikan manusia dari langit yang menapakkan kakinya ke bumi. Hati mereka mampu menggetarkan arsy dan mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan sang pemilik langit dan bumi. Sehingga hanya satu cita-cita yang ingin mereka gapai yakni syahid di jalanNya.
Meski mereka bukanlah seorang Nabi, namun Rasulullah menyuruh kepada umat saat ini untuk mengikutinya. Keimanan mereka begitu luar biuasa meski raga terlihat sangat biasa. Kecintaan Rasul pun sama besar kepada para sahabat sehingga siapapun yang menghina mereka, maka Rasul-lah yang pertama menghadangnya.
Berdasarkan kitab Laa Tahzan karangan Syaikh Aidh Al Qarni, terdapat lima perkara yang membedakan para sahabat Rasul dengan kita sekarang ini. Bukan maksud untuk membedakan, namun semata-mata untuk menjadi tolak ukur agar kita mau merubah perilaku kita yang tidak sejalan dengan umat terbaik Rasulullah tersebut.
1. Kehidupan yang mereka jalani dihadapi dengan mudah, tidak ada beban dan bersikap lunak. Kesederhanaan menjadi pokok utama untuk menangani berbagai urusan. Pun begitu juga dengan sikap seperti tidak angkuh, tidak merepotkan sekaligus tidak memberatkan.
Allah pun berfirman, “Kami mudahkan kamu menuju jalan yang mudah.” (Qs Al A’laa 8)
2. Keilmuan yang mereka miliki begitu melimpah dan berkah. Mereka pun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa bertele-tele dan tanpa banyak bicara. Mereka pun tidak mempersulit keadaan dengan suka membual.
Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah para ulama.” (QS Fatir 28)
3. Aktivitas qalbu mereka jauh lebih besar di pandangan Allah dibandingkan jasmaninya. Mereka memiliki keikhlasan, kecintaan, tawakal dan ketakutan kepada Rabb mereka.
Kesederhanaan dalam beramal menjadikan generasi sesudah mereka begitu mudah dan bersemangat mengaplikasikan amalan seperti shalat maupun puasa.
Allah berfirman, “Allah pun mengetahui tingginya keimanan yang ada dalam hati mereka.” (QS 17:19)
4. Hati mereka begitu tentram karena kehidupan mereka yang tidak terpaku pada pengumpulan harta. Mereka seakan bebas tanpa beban dan cepat berpaling dari gemerlapnya kehidupan duniawi.
Allah berfirman, “Barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh sungguh, sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS Al Isra 19)
5. Amalan jihad lebih mereka utamakan dibandingkan amalan lainnya sehingga hampir setiap kisah sahabat selalu menceritakan tentang jihad. Mereka telah mengalami kesedihan, kesusahan dan kesempitan dalam jihad karena jihad sendiri merupakan cakupan dari semua dzikir, pergerakan sekaligus pengorbanan.
Kini kita bisa mengaplikasikan jihad tersebut lewat jalan berdakwah, saling mengingatkan dan tak henti mengajak setiap orang untuk berbuat kebaikan dengan jalan hikmah.
Allah berfirman, “Orang-orang yang berjihad untuk mencari ridho Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut 69)
Semoga kelima perkara tersebut bisa kita aplikasikan sehingga kehidupan yang kita jalani benar-benar ada dalam keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mampu setara dengan para sahabat Rasul.
Karena kesetiaannya, tak jarang Allah memuji kehidupan mereka. Bahkan sebagian dari nama mereka terekam abadi dalam Al Quran. Bisa dikatakan mereka adalah manusia yang terbaik yang hidup di muka bumi.
Merekalah yang pertama kali belajar secara bertatap muka dengan Baginda Rasulullah. Mereka juga yang pertama kali melihat mukjizat dan turunnya wahyu kepada Nabi. Itulah yang membuat mereka begitu beriman kepada Allah dan RasulNya.
Seorang sahabat Nabi bagaikan manusia dari langit yang menapakkan kakinya ke bumi. Hati mereka mampu menggetarkan arsy dan mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan sang pemilik langit dan bumi. Sehingga hanya satu cita-cita yang ingin mereka gapai yakni syahid di jalanNya.
Meski mereka bukanlah seorang Nabi, namun Rasulullah menyuruh kepada umat saat ini untuk mengikutinya. Keimanan mereka begitu luar biuasa meski raga terlihat sangat biasa. Kecintaan Rasul pun sama besar kepada para sahabat sehingga siapapun yang menghina mereka, maka Rasul-lah yang pertama menghadangnya.
Berdasarkan kitab Laa Tahzan karangan Syaikh Aidh Al Qarni, terdapat lima perkara yang membedakan para sahabat Rasul dengan kita sekarang ini. Bukan maksud untuk membedakan, namun semata-mata untuk menjadi tolak ukur agar kita mau merubah perilaku kita yang tidak sejalan dengan umat terbaik Rasulullah tersebut.
1. Kehidupan yang mereka jalani dihadapi dengan mudah, tidak ada beban dan bersikap lunak. Kesederhanaan menjadi pokok utama untuk menangani berbagai urusan. Pun begitu juga dengan sikap seperti tidak angkuh, tidak merepotkan sekaligus tidak memberatkan.
Allah pun berfirman, “Kami mudahkan kamu menuju jalan yang mudah.” (Qs Al A’laa 8)
2. Keilmuan yang mereka miliki begitu melimpah dan berkah. Mereka pun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa bertele-tele dan tanpa banyak bicara. Mereka pun tidak mempersulit keadaan dengan suka membual.
Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah para ulama.” (QS Fatir 28)
3. Aktivitas qalbu mereka jauh lebih besar di pandangan Allah dibandingkan jasmaninya. Mereka memiliki keikhlasan, kecintaan, tawakal dan ketakutan kepada Rabb mereka.
Kesederhanaan dalam beramal menjadikan generasi sesudah mereka begitu mudah dan bersemangat mengaplikasikan amalan seperti shalat maupun puasa.
Allah berfirman, “Allah pun mengetahui tingginya keimanan yang ada dalam hati mereka.” (QS 17:19)
4. Hati mereka begitu tentram karena kehidupan mereka yang tidak terpaku pada pengumpulan harta. Mereka seakan bebas tanpa beban dan cepat berpaling dari gemerlapnya kehidupan duniawi.
Allah berfirman, “Barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh sungguh, sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS Al Isra 19)
5. Amalan jihad lebih mereka utamakan dibandingkan amalan lainnya sehingga hampir setiap kisah sahabat selalu menceritakan tentang jihad. Mereka telah mengalami kesedihan, kesusahan dan kesempitan dalam jihad karena jihad sendiri merupakan cakupan dari semua dzikir, pergerakan sekaligus pengorbanan.
Kini kita bisa mengaplikasikan jihad tersebut lewat jalan berdakwah, saling mengingatkan dan tak henti mengajak setiap orang untuk berbuat kebaikan dengan jalan hikmah.
Allah berfirman, “Orang-orang yang berjihad untuk mencari ridho Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut 69)
Semoga kelima perkara tersebut bisa kita aplikasikan sehingga kehidupan yang kita jalani benar-benar ada dalam keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mampu setara dengan para sahabat Rasul.