Inilah Emansipasi Wanita Yang Diteriakkan Oleh Asma Binti Yazid Al Anshari

Inilah Emansipasi Wanita Yang Diteriakkan Oleh Asma Binti Yazid Al Anshari

author photo
KabarMakkah.Com - Emansipasi wanita banyak diteriakkan kaum hawa sekarang ini dalam rangka memperoleh persamaan hak dengan kaum lelaki. Persamaan hak yang dimaksud, secara garis besar meliputi dua bidang utama yakni dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Kaum hawa yang selama ini dirasa cukup mengenyam pendidikan rendah karena pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurusi dapur, kasur dan sumur kini meneriakkan persamaan haknya untuk berpendidikan tinggi dan berkarir bebas di luar sana.

Inilah Emansipasi Wanita Yang Diteriakkan Oleh Asma Binti Yazid Al Anshari

Untuk bidang pendidikan memang rasanya tidak salah jika wanita memperoleh hak yang sama mengecap pendidikan tinggi. Hal ini juga dicontohkan oleh sahabiyah di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam semangat mencari ilmu. Bahkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dikenal sebagai gudangnya ilmu tempat para sahabat lain bertanya.

Namun untuk bidang pekerjaan, ada bahaya mengancam yang sungguh dahsyat akibatnya. Bahaya itu adalah keruntuhan umat. Betapa tidak, jika para wanita berkarir di luaran sana dengan pergi pagi dan pulang petang, lalu siapa yang mendidik generasi penerus umat? Benih-benih kecil itu membutuhkan sentuhan seorang ibu untuk tumbuh menjadi pribadi-pribadi cemerlang yang berakhlak mulia.

Ada pun jika pengasuhan anak dialih-tangankan pada orang lain, hasilnya tidak akan sama dengan diasuh langsung oleh sang bunda. Anak-anak yang diasuh oleh orang lain cenderung memiliki kebiasaan buruk dalam segi akhlak. Bahkan anak-anak tersebut lebih susah untuk diajak melaksanakan kewajiban mereka sebagai hamba Allah.

Contoh kecilnya, ketika seorang anak perempuan telah mengalami haidh, ia tidak siap menutup auratnya. Dalam hal shalat 5 waktu pun masih dikerjakannya dengan bolong-bolong. Padahal jika seorang anak perempuan telah mengalami haidh, maka ia telah terkena dengan hukum Islam. Kewajiban-kewajiban yang ditinggalkannya sebagai seorang muslimah, sudah dihitung sebagai dosa yang kelak akan berbuah adzab yang harus dipetiknya.

Sebenarnya di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun, ada seorang sahabiyah yang mengajukan pertanyaan mengenai emansipasi wanita. Dia adalah Asma binti Yazid Al Anshari yang datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata:

“Wahai Rasulullah, saya datang ke sini sebagai utusan dari kaum wanita. Engkau adalah utusan Allah kepada kaum lelaki, juga kaum wanita. Oleh karena itu, kami beriman kepada Allah dan juga kepada engkau. Kami kaum wanita senantiasa tinggal di rumah saja, tertutup oleh hijab dan kami selalu sibuk memenuhi segala keperluan dan keinginan suami, kami juga selalu menggendong dan mengasuh anak-anak mereka.

Sedangkan kaum lelaki selalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan pahala bagi mereka. Mereka dapat melaksanakan shalat 5 waktu secara bejamaah di masjid, dan juga shalat jum’at. Begitu juga mereka dapat menengok orang sakit, ikut dalam upacara jenazah dan mengantarkannya, serta dapat melaksanakan ibadah haji, yang utama dari semua ini adalah mereka dapat berjihad fi sabilillah.

Jika mereka pergi untuk melaksanakan ibadah haji, umrah atau pun jihad, maka kamilah yang menjaga harta mereka, dan kamilah yang menjahit pakaian mereka, kemudian memelihara anak-anak mereka. Maka apakah kami tidak mendapat pahala yang sama dengan mereka?”

Rasulullah mendengarkan pengaduan ini dengan penuh perhatian, setelah itu beliau berpaling kepada para sahabat, kemudian bersabda, “Wahai sahabat-sahabatku, pernahkah kalian mendengar sesuatu pertanyaan yang lebih baik dari pertanyaan wanita ini?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami tidak akan menyangka seorang wanita dapat bertanya semacam itu?” kemudian Rasulullah berpaling kepada Asma Radhiyallahu ‘Anha dan bersabda, “Dengarkanlah kata-kataku dengan baik, lalu sampaikanlah kepada wanita-wanita muslimah yang mengutusmu ke sini, bahwa jika para wanita selalu berbuat baik kepada suaminya, dan selalu mentaatinya,melayaninya dengan baik dan senantiasa berusaha membuat suaminya gembira, maka semua itu merupakan suatu hal yang sangat berharga. Maka jika kalian dapat melakukan semua hal, maka kalian akan mendapatkan pahala yang sama dengan kaum lelaki".

Mendengar penjelasan ini, Asma Radhiyallahu ‘Anha begitu gembira dan kemudian dia segera kembali menjumpai para wanita yang menyuruhnya menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Jadi bukan persamaan dalam bidang pekerjaan yang Asma serukan. Namun, hak dalam memperoleh pahala yang sama atas pengabdian mereka terhadap suami, serta atas kerja keras mereka mengurus dan menjaga anak-anak dan harta suami. Dan Rasulullah mengiyakan, bahwa dalam Islam, wanita akan memperoleh pahala yang sama dengan kaum lelaki, walaupun jenis amal yang mereka kerjakan berbeda satu sama lain.

Maka inilah emansipasi wanita dalam Islam. Pekerjaan yang dipegang oleh kaum wanita memang berbeda dengan kaum lelaki, namun mereka akan mendapatkan pahala yang sama di sisi Allah. Wanita ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan karakternya yang penuh kasih dan sayang. Pembagian kerja ini akan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan, dimana dari kerja keras para wanita, akan lahir generasi-generasi penerus umat yang cemerlang yang akan mampu membuat Islam jaya kembali.

Wallahu A’lam

Next article Next Post
Previous article Previous Post