Meski Lumpuh, Sulami 'Manusia Kayu' Ini Tak Pernah Tinggalkan Shalat 5 Waktu Dan Selalu Baca Qur'an

Meski Lumpuh, Sulami 'Manusia Kayu' Ini Tak Pernah Tinggalkan Shalat 5 Waktu Dan Selalu Baca Qur'an

author photo
Bacaan Surat Al-Baqarah terdengar lirih dari sebuah rumah sederhana berdinding tripleks yang dipadu batako di Dusun Selorejo Wetan, RT 31, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen, Senin (9/1/2017).

Meski Lumpuh, Sulami 'Manusia Kayu' Ini Tak Pernah Tinggalkan Shalat 5 Waktu Dan Selalu Baca Qur'an
Meski Lumpuh, Sulami 'Manusia Kayu' Ini Tak Pernah Tinggalkan Shalat 5 Waktu Dan Selalu Baca Qur'an


Seorang muslimah berjilbab terlihat terbujur kaku di dipan. Telapak kaki kanannya diperban. Dia terbaring. Pandangan matanya tertuju pada Alquran di kedua tangannya yang disangga bantal di perut. Ia membaca larik demi larik ayat suci. Sehari-hari, waktu Sulami, 35 Tahun, lebih banyak dihabiskan di dipan. Di dipan itu juga, dia menunaikan shalat lima waktu, berzikir, serta membaca Alquran.

Terkadang dia membuang rasa jenuh dengan membuat kerajinan tangan yang terbuat dari manik-manik. Semua aktivitas itu dilakukan Sulami dalam kondisi terbaring di dipan.

Seluruh anggota tubuh Sulami sudah kaku sejak 20 tahun lalu. Untuk bangun dari tidur, dia harus dibantu neneknya, Suginem, 90. Meski pelan, Sulami masih bisa berjalan.

Gerakan tubuh Sulami layaknya robot karena persendian tangan dan kakinya kaku untuk digerakkan, bahkan seperti tak berfungsi. Warga sekitar menyebut Sulami 'manusia kayu' karena hampir seluruh tubuhnya berubah jadi kaku layaknya kayu.

“Saya sudah seperti ini sejak kelas IV SD. Ketika itu, hanya tangan kanan saya yang kaku. Setelah itu menyusul anggota tubuh yang lain. Jadi, semua anggota tubuh saya tidak langsung kaku, tapi satu per satu,” kata Sulami ketika ditemui di rumahnya Senin, (9/1).

Sulami punya saudara kembar. Paniyem, Namun Paniyem sudah lebih dulu dipanggil Allah subhanahu wa Ta'ala tiga tahun yang lalu. Paniyem juga mengalami penyakit yang sama dengan Sulami.

Sulami tinggal bersama ibu dan neneknya di rumah yang dibangun melalui program TMMD sekitar 10 tahun silam. “Soal ibadah, kakak saya tidak pernah kendur. Dia rajin shalat dan ngaji. Dia bisa berzikir dengan tasbih. Bersama nenek, dia juga masih rutin puasa Senin dan Kamis,” terang adik kandung Sulami, Susilowati, 22.

Kendati bertubuh kaku, jari-jemari Sulami masih bisa berkreasi. Beragam kerajinan dari bahan manik-manik atau mote, flanel, puring, dan lain sebagainya mampu ia bikin dengan penuh kesabaran.

“Keluarga sudah pernah memeriksakan kakak ke Solo, tapi juga tidak membuahkan hasil. Saya tidak tahu jenis penyakit apa yang diderita kakak saya,” terang Susilowati.

Siang itu, rumah Sulami mendadak kebanjiran tamu. Pasalnya, tiga komunitas masing-masing Anteping Kalbu (Tebu), Obrolan Cah Sragen (OCS) dan Komunitas Laskar Bengawan datang untuk memberikan tali asih berupa sejumlah uang dan sembako kepada Sulami.

Penyerahan bantuan disaksikan Ketua RT 031 Tukimin. “Saya sendiri belum tahu jenis penyakit apa yang diderita Sulami. Keluarga sudah pernah membawa ke rumah sakit, tapi juga tidak ada hasil,” terang Tukimin.

Wakil Ketua Komunitas Tebu, Sri Heriyono, berharap para dermawan bersedia membantu meringankan beban yang diderita Sulami. “Awalnya, kegiatan amal ini akan diselenggarakan Komunitas Tebu sendiri. Namun, ternyata ada komunitas lain yang berminat. Kami menyambut baik sebab makin banyak komunitas yang membantu akan makin meringankan beban keluarga Mbah Suginem,” papar Heri.

Next article Next Post
Previous article Previous Post