Kisah Nyata: Pendeta Ini Masuk Islam Setelah Ikut Dzikir Bersama Ustadz Arifin Ilham

Kisah Nyata: Pendeta Ini Masuk Islam Setelah Ikut Dzikir Bersama Ustadz Arifin Ilham

author photo
SUBHANALLAH.. ALLAHU AKBAR.. Ini adalah Kisah Masuk Islamnya Pendeta setelah Ikut Dzikir bersama KH Muhammad Arifin Ilham. Lelaki ini dulunya adalah seorang Pendeta. Istrinya seorang Penginjil. Anak pertamanya jadi pemain musik di gereja. Anak keduanya menjadi vokalis gereja.

Pendeta Ini Masuk Islam Setelah Ikut Dzikir Bersama Ustadz Arifin Ilham


Pendeta ekstrem dan radikalis, Penganut Kristen yang sangat fanatik. Oleh karena itu, sewaktu Ustadz Arifin Ilham berniat ingin mendakwahi laki-laki yang diketahui bernama Freud ini, ada salah satu sahabat beliau yang mencibir dan berkata, “Mustahil, Gak Mungkin Tadz,. Mereka satu keluarga pemeluk Kristen fanatik”

Namun, Ustadz Arifin tidak lantas putus asa begitu saja.

“Jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berkehendak, Tiada yang mustahil di dunia ini” Ujar Ustadz Arifin dengan penuh keyakinan.

Ustadz Arifin ini memang bertetangga sudah sejak lama dengan si pendeta, mereka pun sering bertemu. Bahkan, suara musik ketika mereka berlatih menyanyikan lagu-lagu gereja terdengar hingga rumah Ustadz Arifin di Depok. Nah, setiap kali bertemu, Ustadz Arifin juga selalu menyapa terlebih dahulu.

“Suatu hari, Arifin sedang pulang dari tausiyah. Dibawain buah-buahan oleh panitia pengajian. Nah, pas ketemu dengan Pak Freud, Arifin bilang ke sopir, agar berhenti sebentar. saat mobil kami berhenti, Pak Freud ketakutan. Karena ada lima mobil yang mengikuti Arifin di belakang. Arifin keluar, lalu dengan ramah menyapa Pak Freud dan memberikan buah padanya”

“Setelah itu.. kami pun menjadi akrab.” kata dai yang anak pertama dan keduanya sudah hafidz 30 juz al-Qur’an ini,

Waktu berjalan. Interaksi semakin sering. Hingga pada suatu hari Saat Paskah. “Waktu itu bertepatan dengan hari Jum’at,” lanjut Ustadz Arifin,

“Arifin hendak berangkat khutbah Jum'at. Hujan sangat lebat. Kemudian, Arifin pun mampir ke rumah beliau. Arifin jemput, lalu Arifin antarkan ke gereja. Karena Arifin tahu, beliau juga mau ngisi acara di Hari Paskah.”

Ketika di dalam mobil, Masih di tengah perjalanan, Ustadz Arifin memegang tangan Pak Freud dengan lembut.

“Arifin pegang tangannya. Sudah berkeriput. Usianya 74 tahun. Karena kasihan (cinta), Arifin pun menangis. Dalam tangis itu, di hari Jum’at, saat hujan, Arifin mendoakan dalam hati agar beliau masuk Islam.”

Tak sadar, Rupanya tangis Ustadz Arifin yang disembunyikan terlihat oleh Pak Freud

“Ustadz Arifin, kenapa menangis?” tanyanya. “Tidak apa-apa, Pak.” jawab ustadz yang kini menetap di Sentul Jawa Barat ini.

Besoknya, Pak Freud datang ke rumah Ustadz Arifin. Beliau menggunakan setelan batik dan penutup kepala warna hitam.

“Ustadz, bolehkah saya mengikuti majlis dzikir ustadz besok pagi?” Tanyanya dengan penuh harap.

Mendengar pertanyaan tersebut, Ustadz Arifin pun sangat bahagia. Dengan dua tangan dan hati yang terbuka lebar, Pak Freud diizinkan untuk bergabung. “Waktu dzikir beliau yang pertama di Masjid al-Amru bi at-Taqwa, Pak Freud duduk di pojok belakang sebelah kanan masjid.”

Di tengah-tengah majlis dzikir tersebut, Ustadz Arifin meminta jamaah untuk berdoa masing-masing, sesuai dengan keinginannya. Padahal, tujuan beliau, “Itulah sejarahnya dzikir, lalu diminta doa masing-masing. Saat itu, Arifin ingin mendoakan Pak Freud. Kan bisa tersinggung kalau Arifin doa keras-keras agar beliau masuk Islam.”

Qaddarallah, sehari setelah acara dzikir, “Tepat pada hari Senin, Pak Freud kembali silaturrahim ke rumah saya. Beliau menyatakan diri siap masuk ke dalam Islam.” Pungkas Ustadz Arifin dengan wajah bahagia.

Subhaanallah.. Allahu Akbar walillahil hamd. Tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Hidayah Allah bisa turun pada siapa saja dan melalui lantaran apa saja.
Next article Next Post
Previous article Previous Post