Ternyata Wanita Shalihah Tak Hanya Untuk Laki-laki Shalih Semata

Ternyata Wanita Shalihah Tak Hanya Untuk Laki-laki Shalih Semata

author photo
KabarMakkah.Com - Di dalam Alqur'an disebutkan secara jelas bahwa laki-laki shalih diperuntukkan bagi wanita shalihah, begitupun sebaliknya. Kita tahu bahwa jika Allah SWT telah berfirman, maka firmanNya adalah suatu kepastian yang tidak dapat ditawar dan pasti terjadi.

Namun dari lembaran-lembaran sejarah masa silam terpapar suatu kisah yang kontradiksi dengan firman Allah SWT tersebut, dimana ternyata wanita shalihah tak hanya untuk laki-laki shalih semata. Apakah maksud Allah dengan hal ini? Pelajaran dan hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut? Mari kita simak dibawah ini.

Kisah Wanita Shalihah
Kisah Wanita Shalihah


Alkisah nun jauh di negeri Mesir sana, hiduplah seorang raja dzalim -Fir’aun- penguasa negeri tersebut. Sang raja memiliki pengaruh yang besar serta harta yang berlimpah ruah, sehingga kunci-kunci gudang hartanya pun sangat berat jika hanya dipikul oleh seorang diri. Kekuasaan dan kemakmuran yang mengelilinginya menjadikan Fir’aun lupa diri sehingga berlaku sewenang-wenang dan banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Jika ada rakyat yang menentang keinginan serta perintah darinya, alhasil siksaan demi siksaan akan diderita bahkan siksaan yang berujung kematian.

Ketika mendengar dari dukun kepercayaannya bahwa akan ada seorang bayi laki-laki yang setelah dewasa akan menggulingkan kekuasaannya, Fir’aun beserta bala tentaranya melakukan inspeksi terhadap setiap ibu yang baru melahirkan. Jika yang dilahirkan adalah anak perempuan maka dibiarkannya hidup, namun jika yang dilahirkan adalah anak laki-laki maka disembelihnya agar kelak ramalan dukun tersebut tidak terwujud.

Dapat kita bayangkan bagaimana gentingnya keadaan itu, saat bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan harus segera menemui ajal dengan jalan disembelih. Tak tergambar bagaimana kegetiran, ketakutan dan kekhawatiran perasaan para ibu yang bayinya diambil untuk dibunuh. Sungguh Fir’aun telah melakukan perbuatan kejam yang berada di luar batas perikemanusiaan.

Namun di sisi raja dzalim ini, hidup seorang istri yang berahklak baik. Asiyah, begitulah ratu Mesir ini disebut. Atas kehendak Allah SWT, Asiyah langsung jatuh sayang terhadap bayi laki-laki yang ditemukannya di atas tabut. Bayi tersebut tiada lain adalah Musa yang dihanyutkan ibunya ke sungai Nil dalam rangka menyelamatkan nyawanya. Asiah memohon pada suaminya untuk memelihara Musa dan membesarkannya di istana. Atas kehendak Allah SWT pula, Fir’aun menyetujui permintaan itu.

Setelah Musa dewasa dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul, maka tibalah saatnya Musa mengajak Fir’aun ke jalan Robb-Nya yang lurus. Allah SWT berfirman:

هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ
Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.

إِذْ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;

ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ
"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,

فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ
dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".

وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"

فَأَرَىٰهُ ٱلْءَايَةَ ٱلْكُبْرَىٰ
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.

فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ
Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai.

ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَىٰ
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

فَحَشَرَ فَنَادَىٰ
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ
(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".

(QS: An-Naazi'aat 15 - 24)

Sebagaimana penjelasan dari ayat tersebut, Fir’aun malah berpaling dari ajakan Nabi Musa. Lebih jauh lagi, Fir’aun mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah oleh segenap manusia. Sungguh pernyataan dan perbuatan yang sudah sangat melampaui batas. Namun berbeda dengan istrinya, Asiyah beriman terhadap tuhannya Musa dan Harun. Disinilah terletak contoh bahwa wanita shalihah tak hanya untuk laki-laki shalih. Fir’aun yang begitu keji mempunyai seorang istri shalihah yang memegang kuat keimanannya terhadap Allah SWT.

Ketika keimanan Asiyah tersiar ke telinga suaminya, maka meledaklah amarah Fir’aun. Keimanan Asiyah merupakan cambuk yang menghinakan bagi Fir’aun. Sebab jika benar dirinya Tuhan lalu bagaimana mungkin istrinya sendiri membangkang terhadap dirinya. Fir’aun menimpakan siksaan yang amat pedih karena sang istri tidak juga mau melepaskan keimanannya. Asiyah dijemur di bawah terik matahari gurun dengan kedua tangan dan kaki diikat pada pasak-pasak yang ditancapkan ke bumi.

Siksaan demi siksaan tersebut tidak melemahkan iman Asiah, sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam firmanNya:



Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (QS. At Tahrim 11)

Jika siksaan yang sekejam itu menimpa diri kita, sudah tentu kemungkinan kita untuk murtad dari islam sangatlah besar. Namun tidak begitu halnya dengan Asiyah, dia bersabar dengan siksaan yang menimpa dirinya sehingga Allah pun mengabulkan do’anya. Fir’aun terlihat keheranan, melihat Asiyah yang sedang disiksa malah tersenyum. Rupanya saat itu Allah sedang memperlihatkan tempatnya di surga, Hasan berkata: ” bahwasanya tempatnya terbuat dari mutiara,”.

Subhanallah, itulah ganjaran istri shalihah yang bersabar dengan kekejaman suaminya. Semoga bagi Anda wanita shalih yang saat ini bersuamikan laki-laki yang jauh dari agama, kisah ini bisa menjadi pegangan dan penguat jiwa. Karena walaupun wanita shalihah tak hanya untuk laki-laki shalih, namun terdapat ganjaran Jannah bagi yang mampu melewatinya tanpa menggadaikan keimanannya.
Next article Next Post
Previous article Previous Post