Wakafkan Tanah Warisan Seharga 2,5 Miliar, Nenek Ini Malah Jualan Daun Untuk Hidup Sehari-hari

Wakafkan Tanah Warisan Seharga 2,5 Miliar, Nenek Ini Malah Jualan Daun Untuk Hidup Sehari-hari

author photo
Simpanan harta yang melimpah tidak membuat semua orang lalai serta bermalas-malasan untuk bekerja. Apa yang dicontohkan oleh seorang nenek dari Kabupaten Kediri ini amatlah mengagumkan. Karmiyati namanya. Bekerja sehari-hari sebagai penjual daun di Pasar pamenang Pare, Kediri.

Wakafkan Tanah Warisan Seharga 2,5 Miliyar, Nenek Ini Malah Jualan Daun Untuk Hidup Sehari-hari


Perempuan berusia 72 tahun tersebut telah membuat keputusan mulia mengenai tanah warisan yang cukup luas miliknya. Alih-alih menikmatinya di usia senja, nenek ini justru mewakafkan tanah seluas 700 meter persegi itu untuk dijadikan bangunan sekolah bagi para penghafal al-Qur'an (Tahfidz School).

Perjalanan hidup Karmiyati tidaklah mulus, melainkan amat penuh perjuangan. Dia pernah makan nasi aking saat berprofesi sebagai petani, juga pernah mengalami kesulitan untuk membeli pupuk. Pernah pula ia menjual sapu lidi. Suatu ketika, ia menjajal kemampuan dalam bisnis kuliner dan ternyata sukses, namun akhirnya jatuh gara-gara terjerembab dalam perjudian. Meski demikian, ia sama sekali tidak pernah berfikir untuk menjual tanah warisan miliknya.

Di masa tuanya, ia bersama suami merasa lebih hidup tenang dan merasa cukup dengan hasil berjualan dedaunan. Mulai daun pandan, pisang, salam, hingga koran bekas pun ia jual. Setiap pagi, Karmiyati dan suami berjualan mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB.

"Dari jualan setiap hari di pasar, sedikit-sedikit masih bisa menabung Rp 100 ribu minimal" ungkap wanita kelahiran 1944 ini.

Perasaan cukup dengan hasil kerja keras inilah yang membuat nenek ini mewakafkan tanahnya. Padahal, tanah yang dimilikinya itu berlokasi di kawasan Kampung Inggris. Nilai jual tanah di sana mencapai lebih dari Rp 3,5 juta per meternya. Dengan demikian, nenek ini ikhlas mewakafkan tanah yang kisaran nilainya mencapai 2,5 miliyar. Luar biasa ! Ia tidak lagi menginginkan harta berlebih di dunia, namun memilih menabung pahala besar di akhirat.

"Alhamdulillah anak-anak sudah mentas (mandiri-red) semua. Lalu buat apa lagi tanah itu nanti kalau tidak saya wakafkan" ujar Karmiyati yang memiliki dua anak angkat ini.

Tanah Karmiyati adalah warisan dari Tukilah yang tidak lain adalah ibunya. Karmiyati tidak memiliki saudara kandung. Dahulu Tukilah dan ketiga saudaranya mendapatkan warisan tanah dari orang tua mereka, yang bernama Ngarinem dan Khaminem.

"Itu tanah gogolan, Mas. Jadi Mbah saya dulu dapat upah jaga gardu zaman Belanda dan dapat tanah tersebut," terang Karmiyati.

Tanah warisan itu ia dapatkan dari ibunya pada 1985. Meski berhak penuh atas tanah itu, ia tak terbesit pikiran untuk menjualnya. Padahal hidupnya saat itu amatlah sulit. Mulai dari bertani, menjual sapu lidi hingga bisnis kuiner. Sebenarnya ia pernah sukse dalam bisnis kuliner, tapi bangkrut karena pasangan suami istri tersebut 'gila' nomer (judi toto), sampai tiga mobil amblas terjual. Namun demikian, mereka masih menjaga tanah warisan itu.

Masa lalu terlanjur terjadi. Saat ini, pasangan tersebut telah membuka lembaran baru. Di masa senja, mereka ingin berubah menjadi lebih baik. Mereka akan segera mendaftar naik haji.

Kini, tanah yang amat berharga itu telah ia wakafkan kepada Yayasan Ahad Pagi atas nama mbahnya. Karmiyati  ingin agar tanahnya bermanfaat bagi kegiatan hafalan al-Qur'an, sehingga ia dan keluarganya kebagian pahala dari Allah atas tanah wakafnya.

"Insya Allah saya ikhlas. Semoga bermanfaat," pungkasnya.
Next article Next Post
Previous article Previous Post