Bisa Jadi Kepala Terbentur Itu Adalah Hal Terbaik Daripada Dielus-elus Orang

Bisa Jadi Kepala Terbentur Itu Adalah Hal Terbaik Daripada Dielus-elus Orang

author photo
Para pembaca Kabarmakkah yang dirahmati Allah, tidak selamanya hal yang terjadi di dunia sesuai dengan harapan kita. Padahal, bisa jadi kepala terbentur itu adalah hal terbaik daripada dielus-elus orang.

Bisa Jadi Kepala Terbentur Itu Adalah Hal Terbaik Daripada Dielus-elus Orang


Ironisnya, kita hanya siap jika yang terjadi adalah hal-hal yang menyenangkan. Giliran tidak menyenangkan, kita cenderung ingin menghindar.

Beberapa prinsip yang bisa dijadikan acuan agar bisa menerima semua ketentuan Allah,di antaranya:

Pertama, berani melihat kekurangan diri. Tanyakan pada diri apakah saya orangnya pemarah, bakhil, pembenci? Jika iya segera perbaiki. Jangan biasakan hal negatif mengakar di hati, Karena selain menimbulkan penyakit juga bisa menghanguskan amal dan ibadah yang dilakukan.

Kedua, manfaatkan orang terdekat yang berani mengkoreksi dan mengungkap kekurangan langsung kepada kita.

Istri, suami, anak-anak dan orangtua adalah orang-orang terdekat. Mereka jauh lebih tahu tentang diri kita daripada oranglain. Orang lain bisa saja menilai ibu itu salehah, padahal tidak demikian menurut penilaian suami dan anaknya.

Ketiga, kunjungi orang-orang yang lebih adil dalam menilai pribadi. Seperti kita pergi ke dokter. Dokter tidak bangga dengan penyakit yang kita derita, Namun ia ada keinginan mengobati kita.

Demikian juga datang ke ulama. Tidak serta merta mereka menertawakan kita, tapi membantu mendeteksi kekurangan kita.

Keempat. Manfaatkan dengan baik orang-orang yang tidak menyukai kita. Jangan takut kepada orang yang terus gigih mencari keburukan kita. Simak baik-baik apa yang mereka katakan.

Jika benar adanya, segera perbaiki diri. Cukuplah orang mengkritik kita. Adapun kita, tetap sibuk memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

Mungkin hari ini kita sesuai dengan yang dihinakan, bisa jadi suatu saat orang pun melihat siapa yang menghina dan siapa yang dihina. Maka sebaik-baik atas penghinaan, kritikan jawabannya adalah memperbaiki diri.

Kelima, Renungkan dan tafakuri kejadian di sekitar kita. Apapun yang terjadi adalah ilmu dan hikmah, masukan dari Allah. Jika ada orang yang akhlaknya kurang baik, pertanyaan pertama adalah saya mirip dia atau tidak.


Jika ada orang yang bicaranya jelek, saya mirip dia atau tidak. Kalau ada yang pelit, tanyakan hal serupa. Apapun yang jelek, kita harus intropeksi dan tanyakan pada diri. Jangan-jangan, kita bisa jadi lebih jelek. Maka dari itu, kita belajar sebagai bahan pembanding.

Andaikan kita mendapatkan kekurangan, seperti saat kita dicemooh, itu lebih baik daripada dipuji-puji padahal banyak kekurangan. Salah satu kecintaan Allah adalah menunjukan kekurangan diri untuk diperbaiki.

Marilah kita belajar mengurangi kerinduan untuk dipuji orang, ketakutan dihina orang. Mulai minimalisir mengharapkan sesuatu dari mahluk. Senanglah dipuji Sang Khaliq, Pemilik Alam Semesta ini, Bukan dipuja oleh mahluk. Wallahu alam bishshawab.
Next article Next Post
Previous article Previous Post