Alami Kelumpuhan Selama 20 Tahun, Kakek Ini Tak Mampu Berobat Karena Himpitan Ekonomi

Alami Kelumpuhan Selama 20 Tahun, Kakek Ini Tak Mampu Berobat Karena Himpitan Ekonomi

author photo
Bagi yang diberi kelimpahan rezeki, sudah selayaknya untuk saling berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan. Salah satunya seperti yang dialami oleh seorang kakek bernama Abdul Hamid (60 tahun) yang menderita kelumpuhan sejak 20 tahun yang lalu.

Kakek yang tinggal di Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima tersebut tidak bisa mengobati sakit yang dialaminya dikarenakan himpitan ekonomi. Kondisinya semakin hari semakin memprihatinkan karena sejak mengalami lumpuh, ia tidak sekalipun dibawa ke dokter.

Alami Kelumpuhan Selama 20 Tahun, Kakek Ini Tak Mampu Berobat Karena Himpitan Ekonomi
Abdul Hamid alami lumpuh sejak 20 tahun karena tulang belakang patah (Syarifudin/Kompas.com)
Dilansir dari Kompas, Sabtu (4/2/2017), Abdul sendiri merupakan seorang duda karena sang istri telah meninggal saat anak keduanya masih balita. Kini Abdul Hamid tinggal bersama dengan anak bungsunya yang bernama Husain (29 tahun) di rumah yang sangat tidak layak huni.

Rumahnya seakan tidak terurus sama sekali dan kakek Abdul hanya terbaring di atas tikar bekas dan bantal yang sudah kusut. Bahkan bau amis tampak begitu menyengat lantaran kondisi kakek Abdul yang sudah tidak mampu melakukan aktivitas apapun.

Diketahui bahwa kedua tulang kakinya kaku dan mengecil sehingga tidak bisa bergerak. Bahkan telapak kakinya menghitam dan mengelupas. Rasa sakit itu pun terus dirasakan kakek Abdul sehingga sesekali ia harus menarik ikatan tali dengan sekuat tenaga guna menahan rasa sakit tersebut.

Rasa sakit itu pun telah membuat sang kakek pesimis dan bahkan ingin segera mati mengingat ia sudah tak kuasa ketika muncul rasa sakit yang tiba-tiba menyerang.

“Sudah 20 tahun saya menderita sakit ini. Siang dan malam tak bisa tidur, badan panas seperti api. Lebih baik mati tapi daripada saya harus menderita setiap hari,” tutur Abdul sambil meneteskan air mata.

Sementara itu Junadin yang merupakan anak pertama dari Abdul Hamid sudah berkeluarga dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Alhasil ia tidak mampu membantu dalam berobat.

“Buat makan saja susah, Pak. Untungnya ada bantuan raskin yang bisa diandalkan. Itu pun tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sesekali saya terpaksa jadi buruh tani ketika dibutuhkan warga,” kata Junadin.

Meski demikian, adiknya mau merawat ayahnya tersebut selama bertahun-tahun, meski harus merelakan pekerjaannya sebagai buruh di pelabuhan demi fokus mengurus. Dengan demikian, Husain tidak mampu lagi membeli obat ataupun daftar BPJS.

Diungkapkan oleh Husain bahwa saat ini ia hanya mendapatkan bantuan dari tetangga saja seperti dibelikan nasi ataupun obat. Sementara jika dari pemerintah, dirinya mengaku belum ada bantuan sama sekali.

Kelumpuhan yang dialami oleh kakek Abdul Hamid sendiri terjadi ketika ia tertimpa batangan kayu yang ditebangnya puluhan tahun silam. Bersama dengan rekannya, ia menebang pohon yang cukup besar di sebuah perkebunan.

Namun ketika dalam perjalanan, balok kayu tiba-tiba terpental dan menimpa tubuh Abdul. Akibatnya, ia tidak bisa bergerak karena tulang belakangnya patah sehingga lumpuh total.

Segala upaya pun telah dilakukan oleh Husain sekuat tenaga, termasuk pengobatan tradisional.

“Setiap hari ayah saya menjerit kesakitan. Mungkin tulang belakangnya sudah patah. Kita juga belum pernah membawanya ke rumah sakit karena tidak ada uang. Selama ini hanya dikasih obat dari ramuan tradisional saja. Ya, mau bagaimana lagi, Pak. Harta juga enggak ada, harta kita hanya satu rumah panggung ini. Kalau dijual, saya dan bapak harus tinggal dimana,” ujar Husain.

“Saya hanya butuh biaya pengobatan saja. Saya kasihan bapak merasakan kesakitan setiap hari,” harapnya.

Baca Juga:



Next article Next Post
Previous article Previous Post