Hafal Quran Itu Bagus, Berakhlak Qur'an Itu Mulia, Hafal Qur'an + Berakhlaq Qur'an Itu Baru Istimewa

Hafal Quran Itu Bagus, Berakhlak Qur'an Itu Mulia, Hafal Qur'an + Berakhlaq Qur'an Itu Baru Istimewa

author photo
Suatu ketika, Sayyidah Aisyah radhiallahu 'anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau pun menjawab, “Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur`an”

Hafal Quran Itu Bagus, Berakhlak Qur'an Itu Mulia, Hafal Qur'an + Berakhlaq Qur'an Itu Baru Istimewa


Alhamdulillah sekarang ini semakin banyak orang yang sadar betapa pentingnya banyak berinteraksi dengan al Qur'an, sehingga komunitas orang-orang yang mencintai qur'an makin bertambah, dari yang mulai baca satu halaman qur'an sehari, satu juz sehari, sampai dengan komunitas penghafal qur'an. Sungguh membuat hati dan jiwa bahagia.

Namun di balik kebahagiaan tersebut, terselip juga satu kekhawatiran, yakni jika ayat yang dihafal hanya sekadar hafalan belaka, cuma untuk memenangkan perlombaan dunia, serta berbangga diri, tak lebih.

Bahkan yang lebih miris, jika ayat yang kita hafalkan tak membekas pada perilaku akhlak sehari-hari, namun kita merasa layak atas surga dan ridho Allah. Wal 'iyaadzu billah.

Oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk senantiasa mengevaluasi diri, sudahkah ayat Al qur'an yang kita hafalkan masuk meresap ke dalam hati dan mewujud ke dalam tingkah laku sehari-hari?

Bukankah amat banyak ayat Qur'an yang bicara mengenai bersabar, bersyukur, menahan amarah, memaafkan, mempermudah urusan orang lain, dilarang sombong, Namun pertanyaannya... apakah kita telah belajar mempraktikkan akhlak mulia tersebut?

Atau justru malah kita merasa berat menghilangkan kesombongan, berbangga diri, tidak mau bersyukur, sangat berat memaafkan kesalahan orang lain, sangat gemar membuat orang lain merasa susah dan berkeluh kesah, dan amat suka membanggakan diri sendiri? Jika demikian, apa bedanya orang yang menghafalkan qur'an dengan yang tidak?

“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” (Silsilah Shahihah, no. 1802)

Maka, anggaplah tulisan yang singkat ini sebagai pengingat. Jangan lagi sekadar mengagumi hafalan qur'an 30 juz namun nihil praktek!

Karena yang utama adalah 1 ayat qur'an dihafal juga diamalkan melalui tingkah keseharian.

Sebuah riwayat datang dari Sahabat Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgar.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgar, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgar adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Oleh karenanya, marilah kita berinteraksi dengan qur'an tidak hanya di bibir dan berhenti di tenggorokan saja, tapi biarkanlah ayat-ayat qur'an tampak dari cara kita bersikap dan memperlakukan orang lain, sebagaimana akhlak Rasulullah yang amat dahsyat, yakni akhlak al Quran.

“Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)

Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang berakhlak al Qur'an, jauh dari sifat sombong, ujub, riya' yang disebabkan ketidakpahaman bahwa lebih penting mengamalkan daripada sekadar menghafalkan.

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash/28: 83)

Next article Next Post
Previous article Previous Post