Hebat! 20 Tukang Becak Ini Ajari Dosen Dan Mahasiswa Pascasarjana Tentang Konsep Rejeki

Hebat! 20 Tukang Becak Ini Ajari Dosen Dan Mahasiswa Pascasarjana Tentang Konsep Rejeki

author photo
Banyak yang mengira bahwa seorang pendidik haruslah bersekolah lebih tinggi daripada muridnya. Meski umumnya seperti itu, namun hal tersebut tidaklah mutlak. Tengoklah sebuah acara yang digelar oleh Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga yang menghadirkan para tukang becak sebagai narasumber untuk memberikan kajian ilmu dan pengalaman mereka.

Hebat! 20 Tukang Becak Ini Ajari Dosen Dan Mahasiswa Pascasarjana Tentang Konsep Rejeki
Ilustrasi tukang becak
Ternyata murid atau pendengar dari sejumlah tukang becak tersebut adalah para dosen dan mahasiswa pascasarjana yang tentu dalam hal pendidikan lebih tinggi daripada seorang tukang becak.

Namun dalam acara tersebut tidak dibahas sedikit pun tentang strata sosial atau pendidikan seseorang, melainkan bagaimana memaknai setiap rezeki yang didapatkan oleh seorang tukang becak.

Salah satu yang menjadi pembicara adalah Majid, seorang kakek pengayuh becak berusia 82 tahun dan telah dikaruniai 11 orang cucu.

Dengan bahasa jawanya yang kental, ia mengatakan bahwa rezeki tidak akan datang bersamaan dan setiap orang harus tetap berusaha.

“Kula niki mbecak, tapi tiyang kampung ngajeni kula sedanten. Rejeki niku mboten barengan, sing penting usaha (Saya ini tukang becak, tapi orang kampung menghormati saya dan keluarga. Rezeki itu tidak datang bersamaan, yang penting berusaha),” ucapnya sebagaimana dikutip dari Okterus.

Dirinya pun berpesan kepada para dosen dan mahasiswa yang beragama muslim agar senantiasa membiasakan berwudhu sebelum memulai sebuah aktivitas sehingga bernilai ibadah.

Sementara itu Direktur MM Unair, Gancar Candra Premananto menjelaskan bahwa acara yang digelar bersama dengan para tukang becak tersebut merupakan rangkaian kegiatan guna memperingati HUT ke-23 Program Studi MM Fakultas Ekonomi Bisnis UNAIR.

Di acara tersebut sekitar 20 tukang becak bersama-sama melakukan jamuan makan, shalat berjamaah dan diskusi seputar rezeki.

Ketika ditanya alasan memilih tukang becak sebagai narasumber, Gancar mengungkapkan bahwa tukang becak yang bertahan saat ini telah mengalami kondisi yang tidak menentu seperti dari kurangnya penghasilan maupun perkembangan model transportasi yang kian canggih. Sehingga mereka layak dijadikan nasarumber terkait rejeki dari sudut pandang tukang becak.

Baca Juga:



Next article Next Post
Previous article Previous Post