Kisah Nyata: Nenek Tua dan Kucing Kurus di Tanah Suci Makkah

Kisah Nyata: Nenek Tua dan Kucing Kurus di Tanah Suci Makkah

author photo
Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang nenek tua renta, salah satu jamaah haji dari Perak, Malaysia. Beliau berkesempatan menunaikan ibadah haji saat usianya sudah tua dan uzur, lutut pun sudah lemah dan senantiasa sakit, sehingga selalu menggunakan jasa kursi roda selama tawaf dan sai.

Kisah Nyata: Nenek Tua dan Kucing Kurus di Tanah Suci Makkah
Ilustrasi


Beliau berniat menunaikan ibadah haji hanya yang rukun dan wajib saja, sedangkan sunnahnya tak mungkin dilakukannya karena fisiknya tak mampu lagi. Sebenarnya bisa saja beliau membayar petugas untuk membantunya, namun uang saku yang dimilikinya hanya pas-pasan.

Padahal nenek ini ingin sekali melakukan banyak aktivitas ibadah. Namun apalah daya. Beliau hanya bisa berdoa tiap kali selesai shalat di penginapan.

Namun tak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Nenek ini pada akhirnya mampu melakukan banyak ibadah sunah sebanyak yang beliau inginkan, seperti tawaf mengelilingi Kabah setiap hari.

Ternyata nenek tersebut mempunyai amalan mulia di tempat asalnya. Beliau mencontoh sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk senantiasa mengasihi dan menyayangi kucing.

Beliau memelihara banyak kucing di rumahnya. Semua kucing yang datang diberinya makanan dan minuman. Bukan hanya itu saja, setiap kali menemukan kucing terlantar yang dibuang di tempat sampah, dipungutnya kucing tersebut, kemudian diberi makanan minuman, dirawat dan dimandikan dengan shampo wangi.

Meski kucing yang dibuang di jalanan itu terlihat sakit, lemah, kurus kering bahkan lumpuh, tetap diambilnya untuk dirawat. Ada kucing yang berkudis, Bahkan ada juga yang sakit parah. Bisa dikatakan rumahnya menjadi rumah sakit kucing.

Semua kucing yang dirawat oleh nenek itu biasanya akan menjadi menjadi sehat, gemuk dan cantik. Jika ada kucing yang mati, dikuburkannya baik-baik di kebunnya. Begitu sayangnya nenek tua itu pada makhluk Allah yang bernama kucing.

Sifat baik dan penyayang itu beliau bawa hingga ke tanah suci Makkah. Pada suatu hari, ketika hendak pergi sholat ke Masjidil Haram, dalam keadaan bertongkat dan berjalan lambat, beliau bertemu dengan seekor kucing kurus, kotor, lemah dan kelaparan.

Setiap kali ingin bangun berjalan, kucing itu jatuh berkali-kali. Wanita tua itu sangat kasihan melihat kucing itu menderita dan sengsara di kota suci Makkah. Kemudian diambilnya kucing yang malang itu, dielus dan dibelai sayang tubuh lemahnya. Dibelikan makanan dan diberinya minum air zam-zam yang murni.

Qadarallah, tak berapa lama kucing yang kurus itu kini terlihat aktif dan tampak begitu sehat. Kucing tersebut suka menggosok-gosokkan badannya ke kaki sang nenek, kemudian menjilat kedua tapak kakinya. Sungguh ajaib, kaki dan lutut yang tadinya sakit, tiba-tiba menjadi sembuh dan kuat, layaknya orang yang masih muda dan sehat.

Kejadian ini tak disia-siakan oleh sang nenek. Beliau kemudian melakukan ibadah tawaf sunnah sepuasnya, sesuka hatinya. Tertunaikanlah hajat yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Bisa jadi doanya terkabul lewat perantaraan kucing kurus yang ditemukannya itu.

Setelah tawaf wada (tawaf perpisahan) dan berziarah ke makam Rasulullah dan Masjid Nabawi, beliau beserta rombongan bersiap pulang ke negaranya.

Aneh tapi nyata, Sewaktu hendak menaiki tangga pesawat di Jeddah, nenek tua itu terkejut melihat seekor kucing yang mirip dengan kucing yang ditolongnya sewaktu di dekat Masjidil Haram dulu.

Kucing itu duduk di sisi tangga pesawat sambil matanya menatap sayu, seolah mengucapkan salam perpisahan. Ketika beliau sudah sampai di anak tangga teratas, kucing tersebut tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

Demikianlah ganjaran dan berkah orang yang menyayangi kucing. Jika di dunia saja Allah sudah memberikan balasannya, Insya Allah akan lebih besar lagi pahala yang menunggu di alam akhirat nanti. Wallahu A'lam. (Oslo Van Hotten/inilah)
Next article Next Post
Previous article Previous Post