Di Tengah Hiruk Pikuknya Bisnis Esek Esek Kalijodo, Majlis Taklim dan TPQ Ini Tetap Berdiri Tegak

Di Tengah Hiruk Pikuknya Bisnis Esek Esek Kalijodo, Majlis Taklim dan TPQ Ini Tetap Berdiri Tegak

author photo
Di Tengah Hiruk Pikuknya Bisnis Esek Esek Kalijodo, Majlis Taklim dan TPQ Ini Tetap Berdiri Tegak, Ibu Sumiyati (54) bersama anak dan menantunya diketahui telah lama mendirikan TPQ dan Majelis Taklim Al-Muttaqin di kawasan Kalijodo. Karena menurut mereka, sangat penting untuk menanamkan pondasi akhlaq dan pendidikan moral yang baik untuk anak-anak yang tinggal di kawasan hitam tersebut.

Di Tengah Hiruk Pikuknya Bisnis Esek Esek Kalijodo, Majlis Taklim dan TPQ Ini Tetap Berdiri Tegak
Foto: Jabbar/Detik.com


Dengan pondasi agama serta pendidikan akhlakul karimah, Sumiyati yakin bahwa anak-anak didiknya tak akan terpengaruh dengan kehidupan liar di kawasan Kalijodo. Majlis Taklim dan TPQ yang mereka dirikan hanya berjarak satu gang dari kawasan haram tersebut.

"Enggak (khawatir terpengaruh prostitusi). Yang penting sama kita kuat," jawab Sumiyati ketika ditanya apakah takut jika Majlis dan TPQnya dibubarkan preman Kalijodo, Rabu (17/2/2016).

TPQ dan Majlis Ta'lim Al-Muttaqin ini sebenarnya didirikan oleh putri Sumiyati, yakni Sitri (39) dan suaminya, Muslim (42) sekitar 8 tahun silam. Tiap pagi mereka mengajar sekira 30 anak PAUD berumur antara 3 - 6 tahun. Kemudian setelah sholat maghrib hingga isya', Sumiyati beserta anak dan menantunya menggelar majelis ta'lim. Muridnya adalah anak-anak TPQ yang berjumlah sekitar 50 orang.

Sumiyati mengaku, dulu sering diminta setoran oleh preman setempat. Namun sekarang preman tersebut sudah tidak pernah muncul lagi.

"Dulu sih iya (diminta setoran). Sekarang sudah nggak pernah muncul. Besarannya berapa saya lupa, sudah lama sekali," terang perempuan yang suaminya sudah almarhum ini.

Sumiyati mengaku tinggal di kawasan Kalijodo sudah sejak puluhan tahun silam, Awalnya dia selalu terganggu dengan suara bising kafe. Namun lama-lama ia dan keluarganya sudah terbiasa.

"Tinggal di belakang kafe ya terganggu dengan suara dag dig dug. Tapi lama-lama sudah terbiasa," ungkapnya.

Namun, lanjut perempuan asal Gombong, Jawa Tengah ini, Sesudah ditertibkan di tahun 2002, suara bising kafe di kawasan Kalijodo tak begitu ramai seperti tahun sebelumnya.
Next article Next Post
Previous article Previous Post