Renungan: Apakah Allah Benar-benar Mencintaiku?

Renungan: Apakah Allah Benar-benar Mencintaiku?

author photo
Apakah Allah benar-benar mencintaiku?

Pertanyaan ini selalu berkecamuk dalam hati dan pikiranku….

Aku teringat bahwa kecintaan Allah terhadap hamba-Nya bukan datang seenaknya hamba, Namun karena sebab-sebab yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya.

Renungan: Apakah Allah Benar-benar Mencintaiku?


Semakin hari aku semakin dihantui dengan pertanyaan tersebut. Aku mencoba untuk mentadabburi dan memutar file-file tentang hal itu yang terdapat di dalam al Qur’an. Aku berusaha mengukur diriku terhadap ayat-ayat itu dengan harapan aku menemukan jawaban terhadap kegundahan ini. Semoga aku termasuk ke dalam kelompok orang yang dicintai Allah.

Pertama, aku menemukan ayat al Qur’an yang mengatakan bahwa Allah mencintai orang yang bertaqwa. Namun sayang, langsung batin ku berkata dengan jujur, aku tidak termasuk ke dalam golongan ini.

Langkah kedua, aku menemukan ayat yang menerangkan bahwa Allah mencintai orang yang sabar. Dengan penuh pengakuan tulus batinku langsung mengakui; teramat jauh diriku dari kelas bergengsi ini. Betapa aku tidak mampu bersabar dalam menghadapi segala hal.

Langkah ketiga, aku menemukan ayat yang menjelaskan bahwa Allah mencintai orang yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya. Bukan yang sok tawadhu’, ragaku langsung terkulai mengakui betapa aku lebih banyak dikalahkan oleh rasa malas dari pada bersungguh-sungguh.

Langkah keempat, aku menemukan ayat al Qur’an yang mengatakan bahwa Allah mencintai orang yang berbuat baik. Batinku pun tersenyum getir sambil merenung penuh insaf, kebaikan apa yang sudah ku lakukan? Aku masih punya malu untuk tidak mengaku-ngaku termasuk kelompok orang baik.

Di saat aku sudah sadar.. aku berhenti merenung. Aku takut kalau-kalau aku tidak menemukan di dalam diriku sifat yang membuat Allah cinta kepadaku.

Kemudian aku mencoba untuk membuka lembaran amal apa saja yang pernah aku lakukan? Namun, jangankan mendatangkan keoptimisan, telingaku memerah sendiri, keringat dingin mulai berkucuran, aku berusaha langsung melupakannya. Aku malu dengan diriku sendiri. Ternyata semuanya bercampur dengan kemalasan, kekurangan, cacat, belum lagi perbuatan yang semata-mata itu dosa dan maksiat.

Ketika aku akan mengakhiri perenunganku, tiba-tiba tangan ku membalik mushaf al Qur’an yang berada di pangkuanku.

Saat itu mataku langsung tertuju kepada potongan ayat yang berbunyi:

(إن الله يحب التوابين)

“…..Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat….” (QS. Al Baqarah: 222)

Seolah-olah aku merasa kalau ayat itu diturunkan kepadaku saat itu, untuk menghilangkan gundah di hatiku dan menimbulkan harapan kalau Allah juga cinta kepadaku.

Air mata haru tidak bisa kubendung dari mataku. Perasaan sejuk menjalar dari hulu jantung sampai keseluruh pori-pori di tubuhku. Hatiku bergumam; ternyata aku juga dicintai Allah. Aku sampai terisak menahan haru dalam kalbu.

Aku pun mulai melantunkan kalimat istighfar:

(أستغفر الله الذي لا اله الا هو الحي القيّوم وأتوب إليه)

Aku minta ampun kepada Allah yang tiada tuhan selain Dia, yang Maha Hidup dan Maha Mengatur, dan aku bertaubat kepada-Nya.

Aku benar-benar berharap, Meskipun aku sangat jauh dari empat kriteria sebelumnya, namun jangan sampai aku juga tersingkir dari kelompok orang terakhir ini. Orang yang bertaubat atas segala dosanya.

Ya Allah, jadikan lah kami termasuk orang yang bertaubat dan jadikan lah kami termasuk orang yang mensucikan diri.


Oleh: Ustadz Zulfi Akmal
Next article Next Post
Previous article Previous Post